Friday, April 4, 2008

Akhirnya PMB Lolos Verifikasi

Hari ini, Jumat 04 April 2008 merupakan hari yang sangat menggembirakan bagi penulis. Pukul 10:55:22 WIB, penulis mendapatkan SMS dari Sekretaris Jendral Pimpinan Pusat Partai Matahari Bangsa (PMB) yang isinya adalah sebagai berikut: “Alhamdulillah PP PMB sudah menerima SK dari Menteri Hukum dan HAM bahwa kita telah lolos sebagai partai politik. Mari kita semua bersujud syukur…”

Seketika penulis bersujud mensyukuri anugerah yang mahal harganya ini. Kenapa penulis mengatakan mahal harganya? Karena penulis merasakan secara langsung betapa beratnya perjuangan mendirikan parpol baru yang nota bene ditengah-tengah ke-apatis-an masyarakat Indonesia secara umum. Tenaga, pikiran, waktu dan bahkan harta benda yang tidak sedikit seakan-akan tidak menjadi beban perjuangan sahabat-sahabat matahari bangsa demi sebuah perjuangan mulia di negeri tercinta ini.

Lebih dari satu tahun kerja keras yang tak kenal lelah dari sahabat-sahabat Matahari Bangsa akhirnya terbayar sudah. Yang menggembirakan lagi adalah dengan datangnya SMS kedua dari Sekjen PP PMB pukul 16:55:13 WIB yang isinya: “dari 115 parpol yang mendaftar di DEPHUKHAM, hanya 47 parpol yang mengembalikan berkas veifikasi, 24 parpol yang lolos, 5 parpol yang paling rapi. PMB termasuk didalamnya…”.

Beragam tanggapan datang setelah penulis mem-fordward informasi tersebut diatas kepada sahabat-sahabat matahari bangsa se provinsi Kepri. “Alhamdulillah PMB telah lolos verifikasi, ini adalah awal dari kerja keras sesungguhnya” kata Nur Mizawati Amd, ketua majelis imarah Partai Matahari Bangsa Kota Tanjungpinang. Hal senada juga disampaikan oleh Eddy Heru Purwanto, wakil ketua I Pimpinan Daerah Partai Matahari Bangsa Kota Batam “ ini adalah anugerah dan sekaligus tantangan bagi kita bersama. Anugerah karena perjuangan kita menuai hasil apa yang kita harapkan dan tantangan untuk membuktikan bahwa kita harus lolos verifikasi oleh KPU yang direncanakan sekitar bulan mei 2008” demikian bunyi sms yang penulis terima.

Lebihlanjut, ketua majelis imarah Pimpinan Wilayah Partai Matahari bangsa Provinsi Kepri Hendri Mulya menyatakan bahwa hasil verifikasi DEPHUKHAM ini harus kita sikapi dengan bijaksana. “ jangan kita terlalu euforia (kegembiraan yang terlalu berlebihan – red), coba kita sikapi dengan bijaksana hasil verifikasi ini. Bersyukur dan terus bekerja adalah hal yang paling realistis kita lakukan saat ini.” demikian tegasnya.

Dan masih banyak lagi beragam tanggapan dari sahabat-sahabat matahari bangsa yang tidak bisa penulis cantumkan satu persatu. Dan yang pasti, menurut hemat penulis yang juga diamanahi sebagai Sekretaris Pimpinan Wilayah Partai Matahari Bangsa Provinsi Kepulauan Riau, perjuangan PMB ibarat baru mandaki satu jenjang anak tangga, masih banyak lagi jenjang anak tangga yang harus di daki, dan tentunya membutuhkan tenaga, pikiran, waktu dan bahkan mungkin harta benda yang tentunya tidak sedikit. Mari kita berikan yang terbaik bagi negeri ini…..!!

Ditulis oleh:
Eko Sumarsono, ST
Sekretaris Pimpinan Wilayah PMB Provinsi Kepulauan Riau

Baca Selengkapnya..

Tuesday, February 5, 2008

PMB KEPRI SIAP DI VERIFIKASI

Batam, 6 Ferbuari 2008

Menanggapi surat yang dilayangkan oleh Departemen Hukum dan Hak Azasi Manusia (DEPHUKHAM) tentang batas akhir verifikasi Parpol baru tanggal 27 Februari 2008, Sekretaris Pimpinan Wilayah Partai Matahari Bangsa Provinsi Kepulauan Riau Eko Sumarsono menyatakan kesiapaan PW PMB Provinsi Kepri.

“PW PMB Kepri sudah siap di verifikasi, bukan hanya oleh DEPHUKHAM tetapi bahkan verifikasi KPU” demikian disampaikan dalam pers release nya.

Lebihlanjut pria yang aktif dibeberapa organisasi kepemudaan tersebut menambahkan bahwa secara kepengurusan, PMB di Kepulauan Riau sudah mencukupi target verifikasi pleh DEPHUKHAM, yaitu 60% Wilayah, 50% Daerah dan 25% Cabang. “Bahkan untuk Kota Batam dan Kota Tanjungpinang sudah hampir mencapai 100% dalam pembentukan Pimpinan Cabang” tegasnya.

Dengan sangat optimis, pria berkacamata ini menambahkan bahwa untuk keterangan status kantor, surat keterangan domisili sekretariat partai, rekomendasi dari kesbang provinsi/kota kabupaten/kecamatan sudah akan sampaikan ke PP PMB dalam minggu-minggu ini. “ Semua sudah kita urus bahkan sampai tingkat cabang, bukan hanya sekedar formalitas. Kalau DEPHUKHAM hanya meminta kelengkapan domisili partai hanya untuk tingkat daerah dan propinsi, kita bahkan sudah urus semua hingga kecamatan (cabang-red)” demikian pernyataan sosok aktivis Angkatan Muda Muhammadiyah ini.

Berdasarkan pantauan kami, PMB Kepulauan Riau masih dalam proses melengkapi syarat susulan yang diminta DEPHUKHAM, yaitu Pernyataan Tidak merangkap jabatan parpol lain dan Legalisasi KPT untuk pengurus (ketua,sekeretars dan bendahara PW, PD dan PC)

(E-sms)

Baca Selengkapnya..

MEMISAHKAN MUHAMMADIYAH DARI POLITIK: AHISTORIS

TULISAN ini, mencoba memberikan beberapa catatan kritis dan pandangan terhadap persepsi yang salah dalam memahami lahirnya Partai Matahari Bangsa. Disamping itu, menjelaskan latarbelakang lahirnya PMB dan kaitan dengan Muhammadiyah, yang selama ini disalah artikan sebagian kelompok warga Muhammadiyah.
Muhammadiyah dan Politik

Doktrin bahwa Islam adalah agama dan negara (al-din wa al-dawlah) merupakan mainstream di kalangan umat Islam. Artinya, dalam Islam, agama dan negara adalah sebuah entitas yang satu yang tidak bisa dipisahkan. Doktrin ini rasanya tidak berlebihan bila berkaca pada tarih Islam, baik pada masa Nabi maupun pasca hingga tumbangnya kekuasaan Khilafah Utsmaniyah di Turki 1924, yang kesemuanya menggambarkan begitu lekatnya relasi Islam dan Politik. Kalau kita membaca Shirah Nabawiyah misalnya, isinya didominasi relasi Islam dan Politik. Begitu pula kalau kita mengkaji sejarah Khulafaul Rasyiddin, Daulah Umayyah (Damaskus 661–750 dan Andalusia 750–1492), Daulah Abbasyiyah (Baghdad 750-1258), Daulah Fatimiyyah (Mesir 909–1171), Dulah Utsmaniyyah (Turki 1299–1924) kesemuanya menggambarkan dominasi relasi Islam dan negara.


Doktrin ini juga mendominasi pola pikir kebanyakan umat Islam di Indoensia, termasuk di lingkungan Muhammadiyah. Karenanya tidak mengherankan, meskipun statusnya sebagai ormas keagamaan (jam’iyah diniyah islamiyah), sepanjang sejarahnya Muhammadiyah justru banyak bersinggungan dengan politik praktis. Bahkan setiap moment politik Muhammadiyah senantiasa terlibat di dalamnya.

Kedekatan KH. Ahmad Dahlan (Kiai Dahlan) dengan Budi Utomo dan PSII boleh diakatakan sebagai titik awal Muhammadiyah bersinggungan dengan politik. Hanya saja yang membedakan, politik Muhammadiyah era Kiyai Dahlan jalinan relasinya –sekalipun dengan PSII– tidak diartikan sebagai “relasi politik kekuasaan”, tapi sebatas “relasi etis”.

Pada era berikutnya, tepatnya ketika dikomandoi KH. Mas Manshur, wajah politik Muhammadiyah bahkan begitu dominan. KH. Mas Manshur misalnya menjadi penggagas berdirinya Partai Islam Indonesia (PII), menjadi salah satu penggagas lahirnya Majlis Islam A’la Indonesia (MIAI) dan Majlis Syura Muslimin Indonesia (Masyumi).

Pasca tumbangnya Orde Lama dan ketika tuntutan rehabilitasi Masyumi tidak dikabulkan oleh Orde Baru, Muhammadiyah juga menjadi penggagas lahirnya Partai Muslimin Indonesia (Parmusi). Bahkan untuk menopang keberlangsungan Parmusi, Muhammadiyah sampai mengeluarkan Khittah Ponorogo 1969. Ketika Parmusi dirasa tiak lagi bisa dikonrol, Muhammadiyah pun sempat mengeluarkan Khittah Ujung Pandang 1971 secara implisit masih memberikan dukungan pada Parmusi.

Baru ketika Orde Baru secara ideologis tampil semakin hegemonic, Muhammadiyah melalui Khittah Surabaya 1978 mengambil posisi politik netral. Sikap ini diambil semata karena melihat realitas mulai dominannya peran dan kuasa Negara serta kuatnya upaya melakukan depolitisasi partai politik. Mungkin akan lain sikap politik yang diambil Muhammadiyah andaikan saat itu iklim politiknya kondusif dan demokratis. Hal ini setidaknya terbukti selepas tumbangnya Orde Baru, Muhammadiyah secara latah ikut “membidani” lahirnya PAN. Bahkan untuk suksesnya PAN, bukan hanya warga Muhammadiyah, amal usaha pun dijadikan sebagai basis dukungan politik. Dan untuk konteks saat itu, sikap mesrah Muhammadiyah dengan PAN dinilai sebagai hal yang wajar dan bisa dipermaklum!

Namun ketika PAN dinilai tidak membawa maslahah bagi kepentingan politik dan dakwah Muhammadiyah, melalui Khittah Denpasar 2002 Muhammadiyah kembali menegaskan sikap netral politiknya.

Genap dua tahun, melalui Tanwir Mataram 2004, Muhammadiyah mengeluarkan rumusan politik yang cenderung berlawanan dengan Khittah Denpasar yang memberikan semacam “lampu hijau” kepada AMM untuk mengkaji kemungkinan berdirnya partai politik baru. Keluarnya rumusan Tanwir Mataram ini sebenarnya bisa ditafsiri sebagai bentuk penguatan atas realitas sejarah relasi Muhammadiyah dan politik. Keputusan Tanwir tersebut kemudian disikapi dan ditafsiri secara kritis oleh eksponen AMM dengan mendirikan PMB.

Bila berkaca pada rentetan sejarah di atas, tampak jelas bagaimana relasi Muhammadiyah dengan politik. Karenanya, pemikiran yang mencoba menjauhkan atau bahkan memisahkan Muhammadiyah dari politik (meski dalam arti kekuasaan sekalipun) –sebagaimana terepresentasikan oleh tulisan Saudara Boy, dapat dikatakan sebagai sikap ahistoris.

Varian Sikap Politik Warga Muhammadiyah

Menilik relasi Muhammadiyah dan politik yang demikian, maka tidak heran kalau dalam tubuh Muhammadiyah muncul beragam sikap politik. Setidaknya ada empat varian sikap politik yang barangkali bisa menggambarkan secara utuh wajah politik warga Muhammadiyah.

Pertama, varian politik. Kelompok ini menghendaki agar warga Muhammadiyah mempunyai wadah politik tersendiri. Kehendak membuat wadah politik ini tidak sampai pada upaya untuk menyeret Muhammadiyah secara institusional. Dalam pandangan kelompok ini, warga Muhammadiyah sudah saatnya mempunyai amal usaha politik tersendiri. Kepentingannya tentu saja bukan sekedar “berebut kekuasaan” –sebagaimana lazimnya partai politik, tapi juga sebagai penopang dakwah Muhammadiyah. Selama ini, dalam relasinya dengan politik, warga Muhammadiyah baru sebatas “membidani” lahirnya partai politik, tapi belum pernah “melahirkan”, “mengasuh” dan “membesarkan” sendiri partai politik. Karenanya menurut kelompok ini, perlu dicoba upaya pendirian parai politik baru yang benar-benar “dikelola” oleh warga Muhammadiyah.

Kedua, varian politis-organisatoris. Kelompok ini tidak menghendaki Muhammadiyah diseret secara institusional ke wilayah politik paktis. Namun, karena menyadari pentingnya partai politik, kelompok ini mencoba secara aktif menjalin relasi dan kedekatan dengan semua partai politik. Kelompok ini menghendaki Muhammadiyah secara aktif mendistribusikan kader politiknya ke semua partai politik yang ada.

Ketiga, varian organisatoris. Kelompok ini menghendaki agar Muhammadiyah secara organisatoris istiqomah sebagai ormas keagamaan dan tidak ikut cawe-cawe pada persoalan politik (dalam arti kekuasaan). Kelompok ini bahkan secara ekstrim menghendaki agar selain Muhammadiyah, semua pengurus harian ortom juga tidak terlibat aktif di kepengurusan partai politik. Andaikan gagasan ini “hanya” diterapkan pada level Muhammadiyah –dan mungkin Aisyiyah– cukup bisa dipahami. Tapi kalau gagasan tersebut juga berlaku bagi ortom rasanya berlebihan. Letak berlebihannya, secara normatif berpolitik dalam kaca mata Islam adalah fardhu kifayah (fakultatif). Artinya di lingkungan Muhammadiyah pun semestinya ada warganya yang terlibat aktif di dalamnya. Sementara secara praktis, partai politik yang ada tentu hanya mau menjalin bargaining dengan pengurus harian dan bukan dengan anggota departemen.

Keempat, varian organisatoris-politis. Dengan dalih Muhammadiyah sebagai ormas keagamaan, kelompok ini mencoba mendudukan Muhammadiyah pada maqam-nya dan tidak mencoba menyeretnya pada kubangan politik praktis. Hanya saja karena kedekatan dan ikatan emosional kelompok ini dengan partai yang sebelumnya dibelanya menjadikannya tidak sebenuhnya istiqamah. Artinya, mereka masih juga menampakkan wajah politisnya, meskipun tidak terlalu mencolok. Karena sikapnya yang demikian, kelompok ini cenderung alergi dengan partai politik lain di luar bekas partainya, termasuk partai politik baru seperti PMB.

PMB sebuah Sintesis?

Dalam tulisannya, Saudara Boy menyatakan bahwa pada mulanya warga Muhammadiyah sangat berharap PAN bisa menjadi penyalur aspirasi dan aggregator kepentingan politik Muhammadiyah, namun kemudian timbul kekecewaan mendalam, maka sebagai perwujudan kekecewaan tersebut, pada Pemilu 2004 sebagian warga Muhammadiyah –yang sebelumnya mendukung PAN –mengalihkan dukungannya ke PKS. Sekarang, terlebih selepas munculnya “ketegangan” antara warga Muhammadiyah dengan PKS –sebagaimana diungkap beberapa kali oleh Suara Muhammadiyah, timbul juga rasa kecewa warga Muhammadiyah terhadap PKS. Bahkan kekecewaa yang timbul begitu mendalam.

Sebagai sebuah dialektika (meminjam istilah Hegel) dan juga sebagai upaya penguatan demokratisasi di Indonesia, kenapa kehadiran PMB tidak mencoba diapresiasi?

Sebagai dialektika, kehadiran partai politik baru seperti PMB adalah hal yang lazim. Apalagi dalam konteks demokrasi. Sebab bisa jadi kehadiran partai politik baru merupakan antitesis atau bahkan sintesis atas partai-partai politik yang ada yang dinilai tidak atau belum mampu menjalankan fungsi-fungsi politiknya dengan baik.

Bila menjadikan tulisan Saudara Boy sebagai pijakan, maka PMB sebenarnya bisa menjadi semacam sintesis politik bagi warga Muhammadiyah. Awalnya warga Muhammadiyah berharap sekali PAN bisa menjadi menyalur aspirasi politik warga Muhammadiyah, namun pada akhirnya PAN tampil mengecewakan. Anggaplah hal ini sebagai tesis. Akibat kekecewaan tersebut, sebagian warga Muhammadiyah menjatuhkan pilihan kepada PKS. Namun lagi-lagi warga Muhammadiyah juga mengalami kekecewaan. Anggaplah ini sebagai antitesis.

Nah, dengan kenyataan ini, PMB rasanya tepat dijadikan sebagai sintesis bagi warga Muhammadiyah. Hal ini setidaknya karena beberapa alasan. Pertama, PAN memang kelahirannya dibidani oleh warga Muhammadiyah, bahkan nahkoda yang pertama dipegang oleh Amien Rais, namun disayangkan kelamin asas partai ini tidak jelas. Sehingga rasanya sulit diharapkan untuk bisa memperjuangkan kepentingan dakwah Muhammadiyah. Kedua, PKS kelahirannya dibidani oleh komnitas kampus yang didalamnya juga terdapat warga Muhammadiyah dan berasaskan Islam. Namun selain memposisikan diri sebagai partai politik, PKS juga memposisikan sebagai organisasi dakwah, sehingga realitas di lapangan cenderung bertabrakan dengan Muhammadiyah. Ketiga, sementara PMB selain berasaskan Islam, juga didirikan oleh eksponen AMM yang irisan kekaderannya sangat jelas, karena mereka yang tergabung di PMB mayoritas adalah elit dan mantan elit ortom di lingkungan Muhammadiyah.


MA'MUN MUROD AL-BARBASYI
Penulis adalah Direktur Laboratorium Ilmu Politik FISIP Universitas Muhammadiyah Jakarta, aktif Central for Moderate Moslem (CMM) dan Ketua PP. Pemuda Muhammadiyah.





Edited : E-Sms


Baca Selengkapnya..

PMB Klaim Partainya Penuhi Syarat Pemilu 2009

YOGYAKARTA - Partai Matahari Bangsa (PMB) resmi dideklarasikan di Jogja Expo Center (JEC) Yogyakarta, hari ini. Deklarasi partai dengan lambang matahari berwarna merah dan dipimpin mantan Ketua umum PP Mahasiswa Muhammadiyah Imam Addaruqudni ini dihadiri ribuan massa.


Dalam sambutannya, Imam Addaruqudni mengatakan, partainya mengklaim sudah memenuhi syarat agar partai yang dipimpinnya dapat mengikuti pemilu 2009 yakni 60% pengurus wilayah, 50% pengurus kabupaten, dan 25% pengurus kecamatan. Sehingga dirinya optimis, partai bisa merebut target 30 kursi di DPR RI pada pemilu 2009.

"Kita optimis dengan target mendapatkan 30 kursi di DPR RI pada pemilu mendatang," katanya, Minggu (16/12/2007).

Sekjen PMB Ahmad Rofiq mengatakan, deklarasi ini untuk mengukur penerimaan masyarakat dengan keberadaan PMB dan persiapan pemilu 2009. "Ini merupakan pengukuran penerimaan mayarakat terhadap munculnya partai kami," ujarnya.

Sementara Mantan PP Muhammadiyah Ahmad Syafii Maarif mengatakan, partai dengan basis organisasi Muhammadiyah ini merupakan partai yang diprakarsai kalangan muda di Muhammadiyah. Namun bukan berarti partai perpecahan, tetapi merupakan kompetisi dan harus menempuh pola yang lain dari partai yang sudah ada.

"Saya tidak melihat perpecahan tetapi kompetisi. Mereka partai baru, kalau mau betul-betul harus punya akses dan menempuh pola yang berbeda dengan partai lain. Kalau sama saja dan tetap seperti yang lain, tidak ada gunanya. Mereka harus di luar sistem yang korup," ungkap Syafii di sela-sela deklarasi.

Ia juga mengatakan, sejak Indonesia merdeka, semua pemerintah tidak satupun yang benar-benar memihak kepada rakyat, kecuali retorika politik. Untuk itu, dengan kemunculan partai baru ini diharapkan akan bisa memperbaiki nasib rakyat.

Selain Ahmad Syafii Maarif, hadir dalam pendeklarasian partai ini mantan Ketua Umum Partai Golkar Akbar Tanjung. Dalam kesempatan ini, AKbar memberikan pesan kepada para pengurus partai ini agar mereka mempunyai orientasi dan idealisme yang tinggi serta komitmen yang kuat."Membuat partai itu tidak mudah, tetapi jika didukung idealisme tinggi dan komitmen maka partai akan tumbuh," jelasnya.

Edited: E-Sms

Baca Selengkapnya..

STRUKTUR PW PMB KEPULAUAN RIAU

MAJELIS A`LA
Ketua:Drs. H. Suparjan Towiharjo, MM

Anggota:

HM. Yasin
H. Anis
H. Samsumar
H. Said Singgih
H. Bahrul Ulum
H. Risman

MAJELIS IMARAH

Ketua:
Hendri Mulya

Wakil Ketua Pengembangan Organisasi dan Keanggotaan:
Aslan, S.Ag

Wakil Ketua Pemenangan Pemilu:
Drs. Lasmi Oyong

Wakil Ketua Pendidikan dan Perkaderan:
Burhanuddin, S.Ag

Wakil Ketua Penelitian dan Pengembangan:
Salman Al Farisi

Wakil Ketua Pembinaan dan Pemberdayaan:
Dheny Novriesyan

Wakil Ketua Hubungan Antar Lembaga:
M. Reza Rahman

Wakil Ketua Hukum, HAM dan Advokasi Publik:
Rio Zaldi, SH

Wakil Ketua Pemuda, Olahraga dan Pemilih Pemula:
Panji Putra

Wakil Ketua Pemberdayaan Perempuan:
Desmice Rahman

Wakil Ketua Komunikasi dan Informasi:
Winardi

Wakil Ketua Pemberdayaan Buruh, Tani dan Nelayan:
Bambang Iswantara

Wakil Ketua Sains dan Teknologi:
M. Iqbal, ST

Wakil Ketua Seni, Budaya dan Pariwisata:
M. Daud Burhan

Wakil Ketua Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial:
Sugiharo, ST

Wakil Ketua Ekonomi dan Kewirausahaan:
Riyo Faldo

Wakil Ketua Kelestarian Alam, Lingkunag Hidup & SDA:
Samsul Ibrahim


Sekretaris:
Eko Sumarsono, ST

Wakil Sekretaris Pengembangan Organisasi dan Keanggotaan:
Budi Kurniawan

Wakil Sekretaris Pemenangan Pemilu:
M. Abdul Ghofar

Wakil Sekretaris Pendidikan dan Perkaderan :
Romayta Chaima

Wakil Sekretaris Penelitian dan Pengembangan:
Priharto

Wakil Sekretaris Pembinaan dan Pemberdayaan:
Sukirman

Wakil Sekretaris Hubungan Antar Lembaga:
Yulhendri

Wakil Sekretaris Hukum, HAM dan Advokasi Publik:
Marta Siswoyo

Wakil Sekretaris, Olahraga dan Pemilih Pemula:
Azlan

Wakil Sekretaris Pemberdayaan Perempuan:
Hartika Sari, S.Pd

Wakil Sekretaris Komunikasi dan Informasi:
Armel St Basa

Wakil Sekretaris Pemberdayaan Buruh, Tani dan Nelayan:
Satrianto Joko L

Wakil Sekretaris Sains dan Teknologi:
Khairul Mustafa, ST

Wakil Sekretaris Seni, Budaya dan Pariwisata:
Doni Rachmad

Wakil Sekretaris Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial:
Sugandi, KS

Wakil Sekretaris Ekonomi dan Kewirausahaan:
Sujaya Diharta

Wakil Sekretaris Kelestarian Alam, Lingkunag Hidup & SDA:
M. Cholil F


BENDAHARA:
Jailani, ST

Wakil Bendahara:
Jusril

Wakil Bendahara:
Muhardi

Wakil Bendahara:
Ardy Sofyan

Wakil Bendahara:
Masrefi

Baca Selengkapnya..

STUKTUR PD PMB TANJUNG PINANG

MAJELIS A`LA
Ketua:
MAJELIS IMARAH
Ketua:
Nur Mizawati, AMd
Sekretaris:
Bowo
Bendahara:

Baca Selengkapnya..

STRUKTUR PD PMB KARIMUN

MAJELIS A`LA

Zamzani
MAJELIS IMARAH

Ketua:
Ir. Selamat

Sekretaris:
Khaidir

Bendahara:
Ulil Amri

Baca Selengkapnya..

STRUKTUR PD PMB KOTA BATAM


MAJELIS A`LA

Ketua:
Salim Fikri, S.Pd

Sekretaris:
Slamet Munawar, S.Pdi

MAJELIS IMARAH

Ketua:
T o k i n o

Sekretaris:
Fuad Kadarisman

BENDAHARA:
Djoko Martono

Baca Selengkapnya..